Rabu, 09 Desember 2015

Musim Semi dan Perubahan Jiwa

Musim Semi dan Perubahan Jiwa
Musim semi tiba dan tumbuh-tumbuhan yang semula tertidur mulai bangun. Mereka mengabarkan kehidupan baru kepada manusia. Burung-burung ikut senang dan mulai mendendangkan musik musim semi. Perlahan-lahan, ranting pepohonan mulai terlihat menghijau. Nowruz petanda kehidupan kembali berlangsung. Tunas-tunas mulai merambah di permukaan tanah. Bunga mulai mekar dan sungai-sungai mulai penuh dengan air. Salju mulai berubah menjadi air dan kegairahan hidup kembali merasuk dalam jiwa manusia.



Permulaan tahun baru dan tibanya musim semi membuat manusia merasa sekelilingnya menjadi baru. Ada kehidupan baru yang dirasakan. Ketika manusia menikmati alam dan memandang dedaunan yang mulai tumbuh saat itu pula ia merasakan keagungannya. Ia memahami betapa musim semi sejatinya satu kesempatan lain yang diberikan kepada manusia, setelah sebelumnya lalai. Dalam pandangan Islam, perubahan merupakan satu dampak penting dari budaya Nowruz.

Ketika manusia mengambil pelajaran dari perubahan yang terjadi pada alam, maka dengan sendirinya ia akan memahami peran penting perubahan jiwa manusia. Hal ini akan membawanya mengerti akan sumber perubahan alam dan kekuasaan hakiki. Dari sini, banyak riwayat yang mengajak manusia untuk meminta agar Allah Swt di saat-saat pergantian tahun agar memberikan perubahan moral dalam dirinya. Bukan kita saja yang membutuhkan perubahan, tapi dalam perubahan itu sendiri kita membutuhkan bantuan Allah. Tanpa bantuan Allah, tidak ada harapan baik untuk kehidupan baru.

Dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para Imam as, kita berdoa kepada Allah Swt, “Ya Muqallibal Qulub wal Abshar, Ya Mudabbiral Lail wan Nahar, Ya Muhawwilal Haul wal Ahwal, Hawwil Halana Ila Ahsanil Hal.” Wahai yang membalikkan hati dan pandangan. Wahai yang mengatur malam dan siang. Wahai yang memutar tahun dan keadaan. Jadikan kami dalam keadaan yang terbaik! Di saat pergantian tahun, doa indah ini akan mengajak manusia dari perubahan yang terjadi di alam menuju perubahan dalam jiwanya.

Doa pergantian tahun memberikan perubahan dalam dimensi luas. Karena yang terjadi adalah perubahan dalam siang dan malam, tahun, peristiwa dan juga hati, cara pandang serta kondisi kejiwaan. Sesuai dengan doa ini, dunia yang tenang ternyata mengalami perubahan besar dalam dirinya. Sedemikian luasnya perubahan ini sehingga mencakup alam di luar manusia dan di dalam dirinya. Sejatinya, kelaziman dari keberadaan alam ini adalah perubahan.

Saat manusia menyaksikan terjadi perubahan dalam alam, ia akan menyiapkan acara spiritual untuk itu dan melakukan munajat kepada Allah. Bila diteliti lebih jauh, kita akan mendengarkan munajat itu. Angin dengan suaranya yang indah sedang mendendangkan tauhid. Bunga-bunga yang diterpa angin bergerak sambil bertasbih. Sementara lembah dan dataran mengagungkan Allah, Pencipta Alam Semesta atas segala nikmat yang ada. Hujan di musim semi membersihkan debu usang yang melekat lalu tumbuh-tumbuhan bangkit mengangkat kepalanya bersyukur kepada Allah.

Semua ini mengajarkan manusia bahwa alam telah bangkit dari tidur musim dinginnya. Manusia juga harus meraih kembali kesadarannya. Perubahan yang terjadi dalam diri manusia merupakan kelaziman dari gerakannya untuk mencapai kesempurnaan. Oleh karenanya, kedatangan tahun baru harus disertai dengan langkah riang menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan dari musim dingin menuju musim semi merupakan pelajaran tauhid. Segala perubahan yang terjadi di alam harus diyakini bersumber dari kekuasaan dan kebijakan Allah. Hanya Dia yang mampu mengubah kecenderungan batin manusia.

Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran terkait Nowruz dan doa pergantian tahun mengatakan, “Perubahan tahun baru sesuai dengan jenis perubahan di alam. Semestinya ini menjadi kesempatan agar manusia juga mau melakukan perubahan dalam dirinya, memperbaiki urusan jiwa, spiritual dan pemikiran. Doa yang dibaca di saat pergantian tahun merupakan pelajaran dari perubahan ini. Dalam doa ini kita memohon kepada Allah agar kondisi jiwa kita terjadi perubahan. Benar, perubahan merupakan perbuatan Allah, tapi kita punya kewajiban untuk berusaha menciptakan perubahan dalam diri.”

Setiap tahun dengan datangnya musim dingin alam tampak tidak bergairah dan seakan-akan mati. Namun setelah beberapa waktu dengan tibanya musim semi, alam menemukan kembali ruhnya. Bila kondisi semula tidak bergairah, kini terjadi perubahan dan semua seperti menemukan kembali kehidupannya. Musim semi memberi pakaian kehidupan baru kepada alam. Demikian nasib manusia dan dunia di hari kebangkitan. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Setiap kali menyaksikan musim semi, hendaknya kalian banyak mengingat Hari Kiamat.”

Allamah Thabathabai, penulis buku tafsir al-Mizan menulis, “Allah Swt mengandaikan kebangkitan di Hari Kiamat dan menghidupkan kembali orang yang sudah mati dengan menghidupkan kembali bumi. Pengandaian ini agar manusia memahami bahwa bumi setiap tahunnya melewati satu periode kehidupan dan pada akhirnya menemui kematian. Begitu juga dengan manusia. Ketika kehidupannya di bumi telah selesai, di hari kebangkitan ia akan dihidupkan kembali di padang Mahsyar.” Itulah mengapa Nabi Saw mewanti-wanti manusia agar mengingat Hari Kiamat ketika memasuki musim semi.

Musim semi penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah, terutama bagi mereka yang ingin mengenal  Allah dan Hari Kiamat. Tumbuh-tumbuhan yang hidup kembali setelah tertidur pulas di musim dingin menunjukkan kehidupan pasca kematian. Ayat-ayat al-Quran dalam banyak kasus menukil pendapat orang-orang yang mengingkari manusia dihidupkan kembali di Hari Kiamat. Mereka bertanya bagaimana badan yang sudah kering dan tulang yang menjadi serbuk dapat hidup kembali.

Dalam surat Qaf, Allah Swt menjawab pertanyaan mereka dengan berbicara kepada Nabi Muhammad Saw, “Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.

Menurut al-Quran setiap tanah yang ditempati tumbuh-tumbuhan untuk hidup mengabarkan adanya Allah Swt yang Esa dan Bijaksana. Bumi yang mati, kering dan tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sana akan menjadi tanah yang subur dan kebun yang indah dengan disirami air hujan. Tanah tersebut ditumbuhi pohon kurma yang tinggi dengan buah yang banyak. Semua ini menjadi pelajaran akan adanya Hari Kiamat. Perubahan menuju kehidupan di dunia tumbuh-tumbuhan menjelaskan satu kenyataan bahwa Sang Pencipta alam dalam menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati.

Musim semi merupakan musim kehidupan dan menjadi petanda adanya Zat yang mengatur segala keindahan ini. Oleh karenanya, musim semi harus menjadi pelajaran besar bagi manusia. Ketika ranting dan daun baru tumbuh di tubuh sebuah pohon, maka manusia harus memahami bahwa masa putus harapan telah berakhir. Manusia harus menjadikan jiwanya muda kembali dan menampakkan perubahan itu dalam dirinya. Musim semi merupakan musim dimana manusia menyerahkan hatinya kepada cahaya ilahi.

Menghiasi ruh dan hati dengan kebaikan dan kecintaan kepada Allah merupakan bukti dari kesucian. Di tahun baru Nowruz manusia diminta untuk tidak membatasi dirinya untuk menghiasi dan membersihkan rumah lahiriah saja. Tapi yang terpenting untuk disucikan adalah rumah jiwa dan hati manusia. Dengan demikian, manusia dapat membersihkan dirinya dari segala keburukan, dosa dan kebencian. Itulah mengapa Allah Swt mencintai manusia yang senantiasa mensucikan diri lahiriahnya demi mencapai kesucian jiwa.(IRIB Indonesia)

1 komentar: